Tingkat Turnover Di Indonesia

Proses Terjadinya Turnover Karyawan

Proses terjadinya turnover dianalisis melalui pendekatan psikologis dan struktural. Psikologis adalah respon psikis dari karyawan. Sedangkan struktural adalah berbicara secara keseluruhan dari struktur perusahaan. Pada analisis proses terjadinya turnover, kami akan membahas dari sudut pandang karyawan.

Pertama, karyawan akan mengevaluasi beberapa hal selama mereka bekerja. Biasanya karyawan baru merasakan budaya dan tekanan kerja pada bulan ke-6. Biasanya mereka mengevaluasi kerjasama tim, sistem kerja perusahaan apakah sudah pro-karyawan atau belum, rutinitas kerja, dan juga hubungan dengan atasan.

Pada proses ini, karyawan mulai memiliki opsi untuk tinggal atau tetap bekerja. Pada fase ini karyawan cenderung memiliki performa kerja yang menurun. Pada fase ini juga karyawan tersebut mulai mencari peluang pekerjaan baru yang lebih baik.

Pada tahap ini, karyawan mulai mengajukan resign kerja kepada tim kemudian kepada tim HR. Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan pada tahap ini adalah melakukan exit interview dan juga komunikasi internal divisi.

Exit interview dilakukan untuk menjawab permasalahan karyawan dan sebagai bentuk keyakinan perusahaan bahwa karyawan tersebut masih dibutuhkan. Kedua, exit interview dilakukan sebagai sarana evaluasi perusahaan dalam menyusun sistem kerja yang kolaboratif dan lebih humanis.

Komunikasi internal divisi pun juga demikian. Hal ini dilakukan untuk mendengarkan masukan dan keresahan karyawan selama bekerja bersama dalam tim.

Baca juga: Bagaimana Cegah Turnover Karyawan Tinggi saat COVID-19?

Turnover Sukarela (Voluntary Turnover)

Ini terjadi ketika karyawan secara sukarela memilih untuk meninggalkan perusahaan. Alasan umum untuk turnover sukarela termasuk mencari peluang karier yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi, ketidakpuasan dengan lingkungan kerja, atau masalah pribadi.

Efek Turnover Karyawan Terhadap Perusahaan

Cara menghitung tingkat turnover karyawan perusahaan ini juga bisa dijadikan sebagai bentuk perhatian lebih. Karena, akan ada efek dari semua data yang tersaji. Seperti, mengeluarkan biaya lebih.

Sementara, apa yang diharapkan belum mampu menempuh harapan. Tetapi, badai pegawai keluar selalu dan terjadi. Sehingga, semua orang akan berpikir bahwa, apa yang disampaikan oleh karyawan lain itu benar.

Selain itu efek terbesar ketika kondisi ini dibiarkan begitu saja adalah kebangkrutan. Saat industri tidak bisa bergerak sama sekali dan hanya berjala di tempat. Maka, sudah jadi pertanda seta perhatian cukup besar.

Bukan hanya bagi keuangan saja, untuk Supervisor dan manager cukup membingungkan. karena, harus mengulangi kembali dari titik awal dan hal tersebut terjadi dan terus berulang. Pasti ada titik jenuh dan bisaMelihat efeknya begitu besar maka, jangan samai melewatkan membuat data ini. Cara menghitung tingkat turnover karyawan perusahaan bisa dipelajari sendiri dengan mudah dan melakukan analisisnya.

Klik dan dapatkan info kost di dekatmu:

Kost Jogja Harga Murah

Kost Jakarta Harga Murah

Kost Bandung Harga Murah

Kost Denpasar Bali Harga Murah

Kost Surabaya Harga Murah

Kost Semarang Harga Murah

Kost Malang Harga Murah

Kost Solo Harga Murah

Kost Bekasi Harga Murah

Kost Medan Harga Murah

Employee turnover rate atau tingkat turnover karyawan adalah persentase dari karyawan yang meninggalkan sebuah perusahaan atau organisasi, yang kemudian digantikan oleh karyawan baru. Perhitungan tingkat turnover karyawan ini memiliki manfaat besar dan menentukan kondisi lingkungan hingga tingkat kepuasan dalam perusahaan atau organisasi.

Besar kecilnya persentase dari atau tingkat turnover karyawan, bisa jadi tolak ukur bagi perusahaan. Sehingga bisa menentukan, langkah yang tepat dalam mengelola dan pembenahan dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) atau karyawan.

Tentunya, perusahaan tak ingin memiliki karyawan yang dengan mudah pergi dan masuk. Hal ini akan mengurangi efektifitas kerja suatu perusahaan atau organisasi.

Namun, sebelum Anda mulai menghitung tingkat turnover karyawan, tentukan terlebih dahulu periode waktu dan spesifikasi yang ingin Anda ukur.

Ada 6 cara efektif menghitung tingkat turnover karyawan berdasar kebutuhan perusahaan, perhatikan langkah-langkahnya:

Perhitungan tingkat turnover karyawan dengan periode setiap tahun adalah yang paling umum dilakukan. Berikut, cara menghitung tingkat turnover karyawan (TO) Tahunan:

Jumlah pegawai yang berhenti kerja adalah seluruh karyawan yang sudah tidak bekerja dalam kurun waktu satu tahun. Baik yang berhenti karena mengundurkan diri (resign), pensiun dan pemberhentian hubungan kerja (PHK).  Anda bisa mendapatkan jumlahnya, dari selisih pegawai akhir tahun dengan pegawai awal tahun.

Sedangkan, untuk jumlah pegawai awal tahun adalah, jumlah karyawan di awal periode perhitungan tingkat turnover karyawan. Misalkan, Anda memulai menghitung tingkat turnover karyawan tahunan mulai Januari hingga Desember, maka jumlah pegawai awal tahun ini pada Januari, dan jumlah pegawai akhir tahun di bulan Desember.

Penghitungan tingkat turnover karyawan dengan periode bulanan ini, cocok digunakan untuk perusahaan yang sebagian besar karyawannya adalah freelancer atau pekerja paruh waktu (part time).

Periode yang singkat ini, dapat digunakan untuk menentukan keahlian perusahaan dalam mengikat freelancer untuk loyal kepada perusahaannya. Bila tingkat turnover karyawan ternyata sangat besar, maka perlu ada perubahan untuk perjanjian kerja, dan membangun lingkungan serta sistem kerja yang tepat untuk karyawan jenis ini.

Inilah, cara menghitung tingkat turnover karyawan (TO) bulanan:

Jumlah pegawai yang berhenti kerja adalah seluruh karyawan yang sudah tidak bekerja dalam kurun waktu satu bulan. Sedangkan untuk rata-rata jumlah pegawai dapat dihitung dengan cara:

Jenis turnover fiscal  ini adalah, penghitungan dengan periode kuartal ( 3 bulan) atau semester (6 bulan). Cara menghitung tingkat turnover karyawan ini, cocok digunakan untuk perusahaan yang memiliki pegawai musiman. Dimana, pegawai dibutuhkan untuk beberapa periode tertentu, sehingga tidak bisa dievaluasi dengan karyawan tetap atau full time lainnya. Hal ini akan membantu perusahaan mendapatkan pegawai yang tepat dengan membangun lingkungan dan ritme kerja yang sesuai.

Sebab, pekerjaan musiman harus lebih efektif agar tidak membuang-buang waktu, hanya untuk mengurus tenaga kerja. Sedang, pekerjaan harus diselesaikan (deadline) dalam waktu atau periode tertentu. Karena itu, Turnover fiscal cocok digunakan untuk menghitung tingkat turnover karyawan dengan kebutuhan perusahaan di atas. Begini caranya:

Sama halnya dengan penghitungan TO bulanan, TO fiscal dihitung berdasarkan awal dan akhir dari periode yang ditentukan. Misalkan, Anda memilih penghitungan di periode Maret – Agustus. Maka data awal karyawan adalah data pada Bulan Maret dan data akhir karyawan adalah data di Bulan Agustus.

Data rata-rata jumlah pegawai untuk TO Fiscal, dapat ditentukan dengan cara berikut:

Penghitungan jenis first year turnover ini terbilang spesifik dan patut diperhitungkan. Tujuannya, agar dapat mengetahui tingkat turnover karyawan di tahun pertama. Melalui penghitungan jenis ini, perusahaan dapat menilai seberapa lama karyawan bertahan di dalam perusahaan. Termasuk, membuat rencana dan strategi perusahaan agar membuat karyawan lebih nyaman dan bertahan lama pada perusahaan.

Rumusnya seperti ini:

Jumlah pegawai berhenti kerja (masa kerja kurang dari 1 tahun), adalah karyawan yang bekerja tidak sampai 1 tahun. Bisa didapatkan dengan selisih karyawan di akhir periode dengan awal periode. Sedangkan, Rata-rata jumlah pegawai berhenti kerja secara umum ini adalah, seluruh karyawan yang berhenti bekerja dengan berbagai alasan dan masa kerja yang beragam. Dapat dihitung dengan cara berikut:

Penghitungan turn over voluntary employee ini digunakan untuk mengukur karyawan yang lebih spesifik. Sehingga perusahaan  dapat membuat strategi khusus untuk mengurangi turn over voluntary employee. Penghitungan jenis ini, dilakukan dalam periode satu tahun. Voluntary employee adalah karyawan yang berhenti bekerja karena alasan pribadi karyawan, tanpa adanya paksaan dari pihak perusahaan. Kemungkinan terjadinya voluntary employee, diakibatkan beberapa faktor seperti karyawan yang tidak nyaman dengan kondisi perusahaan, melanjutkan pendidikan, mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik, atau faktor eksternal lainya.

Berikut rumus untuk menghitung turn over voluntary employee:

Anda harus melakukan klasifikasi karyawan yang merupakan voluntary employee untuk mengetahui jumlah voluntary employee. Dari selisih pegawai akhir tahun dengan awal tahun, maka pilihlah jumlah voluntary employee diantaranya.

Selanjutnya, hitung rata-rata jumlah voluntary employee dengan cara ini:

Sama halnya dengan turn over voluntary employee, penghitungan turn over involuntary employee ini lebih spesifik pada karyawan yang berhenti kerja dengan adanya keinginan dari perusahaan. Penyebab involuntary employee ini beragam, mulai dari performa karyawan yang kurang bagus, perampingan karyawan, hingga mutasi dan sebagainya. Penghitungan jenis ini, akan membuat perusahaan lebih mudah, mengatur strategi perekrutan karyawan dan menimbang prioritas dan kebutuhan karyawan untuk perusahaan.

Berikut, cara menghitung turn over involuntary employee:

Anda juga harus melakukan klasifikasi karyawan yang merupakan involuntary employee untuk mengetahui jumlah involuntary employee. Dari selisih pegawai akhir tahun dengan awal tahun, maka pilihlah jumlah involuntary employee diantaranya.

Selanjutnya, hitung rata-rata jumlah involuntary employee dengan cara ini:

Begitulah 6 cara efektif menghitung tingkat turnover karyawan dengan baik dan benar.

Lalu, manakah cara yang paling tepat untuk menghitung tingkat turnover karyawan? Semuanya benar dan tepat berdasar kebutuhan Anda. Pastikan dahulu, evaluasi seperti apa yang ingin Anda lakukan.

Jadi, apakah Anda sudah menentukan cara terbaik menghitung tingkat turnover karyawan di perusahaan?

%PDF-1.4 %Çì�¢ 6 0 obj <> stream xœí}[ÏeÉmÝ{ÿŠóØmXŸë~yYc¢‹å¹ ‚<(-KvÜ-Ç’G†þ}¸Ö"kïóõŒd;Hà‡Ø€¦«¾}ö®‹d‘‹ä?=ÒK~$ü¿ÿ÷ýÇ7ÿô&—ö²G~Ä{îû%�Ç,}¼Œýøíß>þóã7oþâËõøõïì?¹<~ô�oþÿªèI/m7{¥=š^f��ßþúM-{¿ÌáïÜ�¼W{)ÃÞ�^JµW¾ùÕ›üø5¾Îñ<ü?ï?>~ø5ÞÜÐó5â_u×—µ÷£å—ÕF|ýñÍ{ûÕOßý`Ù×sÉo?{üøóŸ¼ûÁ|Y«Ïöö³¯ÿå‹wÿýëÿôæó¯m¬˜ýoëøß^1Èïý¸�»¾Ôd¿¸� OL¥>öz)ÉþËüô]I/)×·¿x—ñ�<Þ~Ô?S­oóøå½ñå»Üíßs¾ýÅßéñÒíñ¿{üüÛßþ‹žëÙþö÷ö«ÛÈ3GžKáÿöÏÈûK[#·=ý7ðÊÅ® tQûü£_�ò´ß¹TJ¯ù¥Û¶sÌùn¼ì]ò~û‹àð¶‘ëÛÿõøáß¾ÛöïÜÆÛß¾ËÓF³òÛÿñ‹¿ûÅ;ü{¬ööw¿à„2&‘mBöÍn¾ýíïðXN»®·¿{·¬³åþöŸõž±ì�ÕþQ6V sËÉóñƒ2ŒSy|ýKØ¿y×1˜´ßþòŒñ9¨QÛÛß¼oýƒ³¾ýÝß?-ÒX¤~öø߶HÅ~i‹dÿÉÿA©îõ¾Hÿ6J2æq[¤’¦-ò£oûéöcûC€±MúÛàZšo¿}üü]Á¿�›øÊuë—Fþo¿ÕÒd{ð7�¿z‡Ö¼Þ~ûÛo錱ÙÙzoC°MÂ?õ湶—:–­Ä²•h¾?Īw¬÷z}·uÈ ßz±%žÝbb _ÛŸþþ7¿¶…S¿íh™oÿùñL±çíGÿÓùö]i¶ÿNžñ]VºÉ��mËËÿµ‹¡š˜°`tlqó}Cý®Ž1Ïb|¿Ú.�bbfú˜ÿc­s{¬çÛ_ŠÍ}˜´­Ý—ùÇŸÿôóŸ�Û¶\öÛ¯?ÿòˆ´1Ç|ûÙÏ?ÿüg?úâG_üø³Ÿý¹I»~ó#�±GãËŸ½›Æ÷wžoÿë;[‹=·õá±/¿øêsÉ‘—±ø¯ß•mrºŽ·�a¿Ê\/F·�h|ñÇ?û럼3†R¶�ë¿þ+ÉÐœ_ÿäÍ×fkúXóèøáW¶r6ül÷gúÃîëíg_Úø¾ùò‹óŒÐŽ]yûÍOÿ\ß4†ÁÉ|öÕç_Ùdo“â§ð‘ŸóÕgﺙ’³ÆÜ· Îýò‡ßüø¼e挷\{ñOofªöÜcTc>µš¦°LšÆ`*HíG��òÓ©ª¬Êý2íáeçǘXšõøhÛ¶V¬'™RSmGÖ£½ØFeîܲ�›¦ ìÇ{[žÒ_¦}ºM[{ ÓJ¬©Wgã–ÐŽF­¶IÓ~`§Çþa-Û^=kn›,šã¥–Ç4eÉöÿöƒ™�c.¼Ñ˜ï|å¿o&ÚW{Ìd#«û6¤9©ÊmË`¤gzÁ0A:°J-?^Íúý›_ý™-âœPÏð�jG¡ÚbÌaº`±/6›CZ�Ö] Ï´ñb„�Û›ÅhÝ”4öQt[^ëÙFdŸô,ïÙü–U¿²ðͦju=SLÅ›W~iz¸ ž1îdﳞÖM!ÃMå´µ@O{ɾÕm’¦yOžÞÃ77Ó+N_¶à{0x¬±Éâ;И—­ÑB�}ÔDzì0bcz·xÇÌÞÑõˆ‰Âé?ZÓ_l2N/öá˜HjÝ?ž}€³Ä ›O«–åÓ>õ:¦O=–ì“ËÓ}9s¬à¨¾7 §‚«üiOñ�}Ü÷f`ìÛw´Å®ïØuNË(ì�”‘ùPêÁx~ÅcYð™s,Mïlõõ©r¬Ë® ÓènE?uÛËŽ ßaç£1/Û¼„á¥üj_Ëú3;lõ·=`Óo8öû¨É[U¶yÞðUgÏÀ¦,[AN/ñ΃fU›Ä`?˜F�ö/~ÂÀnZF{ÌÞôX ŒS°±îŽ_TÈöTp‡ele$ÎÂFdïM[Ogœ¿iSËúý´˜/mpJÅHÃÚ•F¦2Él v~ÑÓÀnІ¼¶¶q»¿ÙŒMŠiÀ/À‡®ž?ÞƦ‰ž~SÇmÔÜs®cå}�ä¿0¨:@¶ïy Ú" Ø4ø@Å�ªÝÓ ›e° �ãϲ¥Ç½�5½‰áñì¯72´S1ûä�Õµ`�Ñ&“YØv{ÞÚ/ØÿÚȘ�¾�ë¡­´×®íÏÛ* ÇèÃß_Ѭ ƒiïå–¢½° Ÿžì9Ë;´hÖ³ÙÑ�ËbulÙmì›Ø²�ÏžEJ8ÅúJÃm5Aa/Ÿmù´�*–-³ý=ã…v|ש.?ÀÆ=Œ9N[ÐLngC°yØêá vÓÐi ç'¬c¥íyê¬`b<~šIÕ¾×±½Üg*�ƒ]¶±Ï¦tÔ„¬?ÝÛö­¬õ¬,Y'žHÎJm,hÛ': Q’È‚‹C2n2àÚwSª�öZcÛ–K´4th1­òÜünòº‹�—ÙP†êšƒ˜1IÝ…\¹ó<��q v¾ºNCöOBš6ÎrQ û2z‚ÜÂE[û0—ØL7UÉî?ÀŒ“ûºY&w´!Ûú?ìOjÙi³×.ÛŽÏ&ÜÈalwôvSØìÁ’ÛY .6²/YZàŸöˆj�^7>g,mœÏ­Àš�Éœ`"àFid{›çÉô~ã;ûvà`Á&'ò#¹�ºÉJýÈnãT^ΡÞÓuL?õÛ_ ¦€9 HagX'Œ2ÖòáÍvFá¼gwèùÁ™¶-=ïθ6ìõd…âl’–œUŒ�§º¬=~�$óÄ/Hzâ­h’Õ满8QÅ'wÆ6­ïÞ£¹tæ¾�Æ¥”Šý£íòÒa�ÂÂÅDZî?Ð'$€¶‰ùˆ(ô�“¹C;iц~Ñ´G šê$jr9¹qí�GŒb§%ÆCÐnêäëHâœ2Ï‘Ëéœ*®x—×�?9omh²G È6gW5\Q°ª¡JX¦Ã£jXÛf9nʈõ¯PW¬m+w”6yëuÇz6�:¤f>Ú’µ×UƒÐ§øŠ±�Æ¥/¬£‘±]ÚMgã(©ßH©³v%+p¥ïj‡ZxõHqädÉ€^ÉOð6ŠgNFsiÕ4';U»ÍÕÚ0HÝtÛœŒÔF;ʯµ‡”zéÆö‹ñ"ezÇfLÞ.B½f[×jªßÖn/¡sPA·X � om˜™ŽŠo£ž`Ä~à4`9¸]ôÈý&ñô£«g­s±ö"Kñë ÛÔmâBÃÚ]tåQ{Ç�HÍ|»1éýܨ¬-uÈo\$“Þnw2õÌsk»·o�Ç��=T u'Ýå¸1²É)Å•’„N»‡.�<*½žK©.˜Ën·Öçžöøîöíbl8Çqsf3·s³¶6´ŽÛÝÛN<ùUÜÎ�ÅmxÜÞ�A,nï¹ßçdÜÇ/ÿ›:ÇeØ‹6¹Ët°CÇu㤛#h|ØÍé/¬»ÑNæ4uq–u™„æ�ÍÍÛÇ@²mwú\Ç€"Ãœ[W¨M¤|Ì/¤ç0μ²Ý¼¿Œ9�¦�Ö±! Øño2˜’²BÜÌK©²â‹›4P�¬!èŒôhþÁ�B§vÿk-.d0½:ÈU!g)™ñ>æ!Ù_)Î(ÊW«‚ÄM’Û"S.ÖÆM³ÍË0ÝY{ãøcó0¥éSÊ<‰¶ô €ŠH* 1P…±6…‘é+õ@}á*BQ ÛI<³Öžþ‹L!bŠ[0®{OüñöùEÇWMʸ‰lXIˆ+Ë»M§¦9¢Ò%\%á«É`lcëPrÔ%š‰Š[®"&u|¸Ù'ÖWgçQìéISJ~|ç€ÓÒ(hbïÛ0atÜõÌ×À²ö™'nGnÝóuàÕ¹ž…Â�p·k!T€z_j˜©súf,³¢KÛ©Uºn ¾‘ö8Ž™Dlö2†7‚Óëów5×�~УWŠ&W)þ’,š:yAÔËt] Yd¿Àö¸*`û™n‡Ü–N¢yÀX*UÌ Õ–c”*�ÃVqÓ]buWL;�Tˆ«ìxXÔJâ‚ôÊn�(:ù6˜´b’‡¸“.)‡àö$,ż™;k9׿‹÷à‘zœ;¥�×™×3s£ãHTßÐ2•k˜°mU7mjðbØ/AçT—LVœAy~-¬£^6^Wï¿^bšþ~�›Lƒ–­’I°ÕTh´3öÅ&Ïy?l¯ø5^Ò9ÈÇyWî²Òââ9u±-cðõ»6¦«jél¾!æ ÒÝÖEC<`k°dÔL&Nò|"¹©$�åç,|�Öæ–^Ó°ýBóLpuÔk^mwv·ÆØpy£c¼Æú•§ëÅ' ¬Šµ§ÿ$MRJà„ý¨ #ǵœímí%?Ú">[ #‡°J¾ BÇçÊP›r¯”'Z¿Q+<�¥Ÿ6œò¢áцiDkÞÓì¸`¨©tºä¡Á6Ò¹°Æú3´¹Øøõ’Óa¶¡¶è ð&ßLNðEµu⸡�b&h|ÒPQ§T!£•UàÛlÒeŠ¬˜òQ¥$çæ¢ç­K™ê² îÚŽö\¡0áÆL“^ŽiÚ’ÊœÖ|¢¶õ«A‰ÁŸ©iÐú…>�+Þ®™A}©ñvµªÕ`΢†çÑÈ{U¡:ºé6ä†\o¸2»�­“`°%2áiŒ[¼ªÁ=Óu]_2ú/ãéÊpOòv³Ð m�ÝÚnl¿e®íkKzÀöƒÔý›76¿jopËäæÙÅ'5ZìM£��ãÅx¢]ÝOŠ?7p'\|pU6Ê„…|“ÅØʳmô#Ïjz‘ ÝØg®î·„£ iÒ¼keúšŒîÃÝ7/n¿xÍHá¡L~òmQ2)jò~l—’¢C4ɬZqO×JÎõ+M©¦™Øíjõ›³}˜ä9¨½‰â Ú2¶É\`uµ¥‚é+5oŸ¥"ê¼vऋ-û/D»¿aÅR-.�馩ÁWE ®Ý8)Ó0E�)`™ŸNçxÂF#^W»éuùßE¶ÓO;¸ìÀ7Œ“°™äk)LÑM[Î4\àoàÈ2Žñj_¼Ã92=H˜ ÍNº{Ëc³i ~†IÑ%Îc&k¹µ�>œAj†òø�Ä"Tu¸!ŠË Ž)¢`"ŸÃ•€„ð:V1 ®^/¼¼ç´¤*ÁDØø¿ÑM&áþð¢"ù;ÅBëJÔãËôÌí1ëœ0P|€ë]'­GË$ÌžUwÚ•ížM+EqÛE&u,).-ÚÝx¦÷€°êöAÙ/øí�[ª� íF£_œ«f�*ÉáÚÕæ-¤9 ín‰²%´ñÄÆu$I„â�%4hm�ƒ2A´aËy¦ÝX` &‡ }8'¡“B¶v¡]ÕõáœÊÒ/B¶ÜhoV5Ü'.}8zY7uØ:`ütm˜-Zª,Þx|Ý´a¾0_Ú°µé׸µ÷�X¡ sÐu‡6lÍþ"½�Z²¯†6Ìž~”aÙôòQ†Ù&ÿeØz ŸeØ0…»�2Läàì7e˜f¢@õeÀòGH™+ËpÉ•a¯$¤oHG"9Ü”]÷I†CH!*ÃôC‘MKÞv€&§ÊðÞaü£2Œ1e.«”á½›¿ ”á�3€• ƒYrÙ!ex¯ãawe6‡éÕp©HÅ‘2»õñ£c˜5�£ïP�\†‘Ží(ô¨ÒÙ@eØ6ƒW†I ù¦É':n¥Ó%ÃÛ¸”aZ•ËM¦†Š¡taš¡W=º°,ÛåÒ…s”¡[›Tº0=µ†.Lú&DMƒíréÂÖ®/¼Ô~�}éÂl·|ta~mí›.ÌñÐS&]˜ŸqéÂœÀ¼ëÂüÅ®Gæø éÂDÂÒÓºpN�µGÎIúf¨Âög™Á�*l=r¿KæÆ墴]²«‡*LN•Ž*,ÏÚ:ª0·‘šr¨ÂÜ·ÒC–¿hU˜�Òoª°õln¤Taºn.U˜þ%²¥P…ÙsS…Ù&âKª0_ ÈÊ÷‚m-yçpw  ±Õ£ sReßTar.Ân¤ ‹“�£ knš°uè0¸&|ü…® Ÿ­=š°fM˜ÅiIææóȆ&Ìi¬£ “žR9š0OW:4aúYvÀý0jÓ=éí•&lí¤µ MØñx¡‹Zš0Ûä¸Òkõ‹›"Ì…¹ô`ò¼nÏX»oz0 fÏ£Û¨“�ŸÒƒé�Ô]VO>zðqYºÌ¶4ë4ۋéss¸pÒƒ_K_)nö·'=–sñHéÁpúä}éÁ@UìÑoz0dÃG> ó®#=Xx�»LÀ�ž€?K“MN&7Ò¸éÁ›¸¢~ôàmJÁÖÝ—z0&á|׃ÑC]Úõ`N“£–üjÚ®�„cÃõ`uô£??ðºŠpwÛñQ„£ãR„»{†Ž"l¼Ø])Â6h¹¦¤c¾eå›"¼áÅlù(ÂXÒ®½ð4 ‡p‚ÌÛRƒ‘[jðÒµàM\wèÀ³r”P(!¬ùB¨àBc;5`4ûÑÑ’¾ìê/

Anda pasti sering mendengar istilah tingkat turnover karyawan. Namun apakah Anda memahami pengertian turnover karyawan? Secara singkat, turnover karyawan adalah proses keluar-masuknya karyawan di suatu perusahaan.

Aktivitas turnover karyawan itu sejatinya tidak bisa dihindari dan terbilang wajar. Bahkan cenderung menguntungkan perusahaan jika dilakukan dalam periode yang sewajarnya.

Lain cerita jika perusahaan terlalu sering gonta-ganti karyawan. Bisa-bisa perusahaan yang rugi.

Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan Bulanan

Selanjutnya, setiap pengusaha bisa menggunakan teknik perhitungan bulanan. Para ahli mengatakan periode ini menjadi yang terbaik untuk dilakukan. Terutama bagi industri dengan pekerja paruh waktu lebih mendominasi, mengapa bisa begini?

Kondisi ini diyakini menjadi mampu menjadi penentu bagi setiap kantor dalam mempertahankan pekerja freelancenya. Bagaimana tingkat loyalnya ke perusahaan, begini cara menghitung  turnover karyawan per bulan.

(Jumlah tenaga kerja berhenti bekerja : Rata-Rata Pegawai) x 100

Untuk mengetahui bagaimana rata-rata pegawai maka akan ditemukan langkah seperti ini.

Tenaga kerja akhir – awal bulan : 2

Dari langkah tersebut ilustrasinya menjadi seperti ini, rata-rata pegawai di sebuah kantor C ada (100 – 50 : 2) 25. Sementara, untuk pegawai yang berhenti hanya ada 5 saja.

Maka, akan ditemui keluar masuk kantor tersebut adalah 20% saja. Angka tersebut bisa dikatakan cukup rendah dan bagus bagi sebuah usaha. Bahkan, dapat dikatakan sangat kecil, semua orang disana menyenangkan.

HR paham benar bagaimana para freelancer tersebut masih dapat bertahan. Suasana dan kontribusi bekerja yang harus tetap dipertahankan. Semakin bahagia, pekerja semangatnya akan keluar.

Dengan begini feedback ke kantor menjadi sangat baik. Biasanya, usaha tersebut akan lebih cepat untuk berkembang. Jadi, usahakan angka 20% tersebut tetap dipertahankan atau justru diturunkan.

Catat! Urutan Dokumen Saat Melamar Kerja, Dari CV Hingga SKCK

Cara Pencegahan Naiknya Turnover Rate

Mencegah tingginya tingkat turnover karyawan terutama mencegah perginya karyawan yang dapat menyebabkan disfungsi perusahaan. Tergantung dari sistem dan budaya kerja yang dibangun. Berikut pencegahan yang dapat dilakukan untuk menekan tingkat turnover karyawan.

Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan

Ilustrasinya seperti ini, ada 10 karyawan dimana 7 orang merupakan tenaga kompeten.  Pada akhir kontrak, ternyata 6 orang memutuskan untuk resaign. Keadaan tersebut akhirnya berantai terus menerus.

Dengan begini, hampir setiap tahun mereka selalu mendapatkan karyawan baru dan harus mengulang dari awal lagi dan lagi. Kondisi tersebut kurang baik bagi perkembangan usaha. Karena, hanya jalan di tempat.

Kalau ada pergerakan  tidak lebih dari 5% saja. Hal tersebut cukup merugikan apalagi, bila usaha tersebut sedang merintis dari awal. Rasanya untuk melangkah satu langkah saja membutuhkan waktu 1 tahun.

Sedangkan kompetitor sendiri, sudah bisa melaju tiga sampai lima langkah. Turnover karyawan tinggi menjadi pekerjaan rumah bagi HR, biasanya setelah ini mereka akan merayu beberapa pekerja dengan berbagai benefit.

Tingkat perputaran ini bukan hanya dipengaruhi oleh habis masa kontrak atau resaign saja. Melainkan pensiun sampai pemutusan hubungan pekerjaan karena, sebuah alasan. Juga menjadi catatan penting bagian HR.

Menyusun Strategi Engagement Karyawan

Menyusun rencana strategi engagement adalah dengan membuat program yang prokaryawan. Misalnya membuat program kompensasi, program reward karyawan, insentif, memberikan program pelatihan skill karyawan dan juga fleksibilitas kerja terutama dalam memenuhi kebutuhan work-life balance karyawan.

Selain itu perusahaan juga harus menerapkan performance review. Hal itu berguna agar perusahaan dapat melakukan evaluasi dan juga menentukan langkah yang harus dijalankan untuk mengembangkan karyawan.

Perusahaan juga harus membuka diri dengan survei tingkat kepuasan karyawan terhadap perusahaan. Sebisa mungkin lakukan setiap bulan.

Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan Perusahaan Involuntary Employee

Langkah terakhir adalah Imvoluntary, bila contoh di atas adalah tenaga kerja yang ingin keluar karena diri sendiri. Untuk teknik ini sendiri sebaliknya, dimana perusahaan sendiri yang memintanya.

Untuk alasannya sangat banyak dan beragam. Mulai dari performa mereka sudah menurun sehingga, harus dikeluarkan. Bila tetap dipertahankan akan mempengaruhi kinerja buruk karyawan lainnya atau adanya perampingan.

Bisa juga karena, mereka mendapatkan mutasi ke tempat lain. Cara menghitung tingkat turnover karyawan perusahaan teknik Involuntary Employee sebagai berikut,

Jumlah involuntary : rata-rata involuntari x 100

Dari sekian banyak teknik, hanya ini yang sedikit berbeda. Dimana, semakin tinggi angkanya, maka setiap industri harus memilirkan teknik tepat dalam perekrutan. Agar kompetensinya jauh melebih hari ini.

5 Contoh Portofolio Menarik, Pelajari Cara Membuatnya yang Baik dan Benar

Turnover Tidak Sukarela (Involuntary Turnover)

Ini terjadi ketika perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan karyawan, biasanya karena alasan kinerja yang buruk, pelanggaran aturan, atau pengurangan jumlah karyawan (PHK).